Kamu boleh panggil saya Mawar. Nama itu masih sangat melekat dengan diri saya. Ada apa dengan Mawar?
Bunga diidentikan dengan sosok seorang wanita. Dia cantik, harum, indah, elok dipandang. Begitu pula mawar yang memiliki makna dari penciptaannya di bumi ini. Mawar diciptakan dengan kelopak bunga yang bertumpuk-tumpuk, menandakan ia saling merangkul. Tiap tangkainya dilindungi dengan duri untuk melindungi diri. Dia bisa hidup dengan baik tanpa adanya naungan, bisa berdiri sendiri di atas tangkainya.
Mawar adalah sosok yang kuat dan tegas, cantik dan menawan, penuh kasih tanpa pamrih. Bisa merawat dan melindungi dirinya sendiri. Bisa saja melukai, namun tetap dicari.
***
Saya pernah punya pacar di tahun 2013. Sebut saja dia Michel. Michel adalah pria yang cuek, tapi dia punya caranya sendiri untuk menyenangkan hati saya. Dia tidak akan bertanya pada saya, "lagi ngapain?", "sudah makan atau belum?", "sudah mandi?" dan basa-basi lainnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya berlaku pada masa pendekatan alias PDKT saja.
Jika Michel ingin, dia akan menelepon dan mengajak makan, karena dia sudah tahu seperti apa aktivitas saya. Dia juga tahu bagaimana caranya agar saya tidak cemas. Michel selalu mengabari setiap ada janji bersama teman-temannya. Bahkan tak jarang, meminta saya untuk mengingatkannya kembali mendekati hari janjiannya. Misalkan saja jadwalnya untuk bermain futsal.
Suatu malam Michel pulang futsal dan menelepon saya. Dia lagi nongkrong bersama teman-temannya.
"Aku sudah selesai futsal, tapi nongkrong dulu," katanya.
"Oh, iya santai aja. Aku mau tidur aja," jawabku dan bersiap untuk tidur. Lampu di kamarku pun sudah kupadamkan.
Dari seberang sana saya mendengar teriakan teman-temannya.
"Ciiee.. Mawar kah tu? Mawar kah tu?"
Saya heran, siapa Mawar? Selama ini dia dekat dengan perempuan lain bernama Mawar?
"Mawar siapa?" tanyaku dengan rasa penasaran.
"Kau lah," katanya.
"Kok aku sih?"
"Iya, jadi nama kontakmu aku tulis Mawar," katanya tanpa basa-basi sedikit pun tentang kenapa harus Mawar.
Nama "Mawar" membuat saya seolah-olah adalah korban pelecehan seksual yang disamarkan namanya pada sebuah pemberitaan.
"Kenapa Mawar?" tanyaku dengan perasaan aneh.
"Gak tau. Mawar. Hehehe... Mawar 19 tahun. Kaya korban pencabulan ya? Hahahaha," ujarnya bercanda. Dan memang pada saat itu usiaku masih 19 tahun.
"Iya tuh. Aneh-aneh aja kau ini," sahutku.
Jadi memang pada saat itu, saya dan Michel belum open public. Saya mengerti dia ingin hubungannya dengan saya tidak diumbar-umbar. Meskipun teman-teman dekat tahu, tapi yang dimaksud publik di sini adalah kampus. Hubungan saya dan Michel berawal dari hubungan antara junior dan senior. Kami satu jurusan dan dikenal banyak orang, jadi terlalu risih kalau banyak yang mengetahui hubungan kami. Pada akhirnya publik kampus mengetahui setelah hubungan saya dan Michel berjalan 5 bulan, karena Michel mengalami kecelakaan saat acara ulang tahun jurusan.
Setelah Michel bercerita tentang futsalnya malam itu, kami mengakhiri obrolan karena saya sudah ingin tidur.
Setelah menutup telepon, Michel nge-chat via Blackberry Messenger (BBM).
"Selamat tidur," dengan emoji bunga mawar layu melengkapi kalimat itu.
"Ih, kok layu bunganya?" balasku.
"Iri sama kau," katanya yang bikin aku senyum-senyum sendiri, yang membuatku mengerti ada makna lain dari Mawar yang disematkannya untuk saya.
Sejak malam itu, saya dikenal dengan nama Mawar oleh teman-temannya, tetangganya, sepupunya, hingga keluarganya. Panggilan itu panggilan sayang dari Michel yang semua orang menggunakannya. Saya tidak keberatan dengan sapaan itu, sebab setelah saya mencari tahu maknanya, saya pun mengaminkannya.
Komentar
Posting Komentar