Langsung ke konten utama

Dua Bulan Terlewati (Tamat)

Sehari menjelang puasa, 15 Mei, saya pulang ke Samarinda. Saya sempatkan bisa puasa pertama bersama Arif di rumah. Selain melengkapi kebutuhan dapur, mama saat itu sedang berada di Malaysia, setelah lebaran baru pulang. Mama berlibur bersama nenek, sekaligus menemani usaha kakaknya di sana.

Berada di Samarinda, saya berharap bertemu lagi dengan Bowo. Setidaknya berbincang empat mata, berharap Bowo masih bisa mengubah keputusannya. Tanpa gengsi, saya hubungi Bowo lebih dulu. Saya menelepon Bowo, telepon diangkat.

"Hallo. Lagi di mana, Kak?"

"Biasa," saya tau di mana biasa yang dimaksud. Wartawan satu ini biasanya menghabiskan waktunya di Media Center Korem.

"Oh... Bisa ketemu kah?"

"Ku sempatkan ya. Nanti ada razia. Masih ada kerjaanku"

"Oh, iya deh"

"Jaga kesehatan ya"

"Iya"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Terputus. Begitu saja perbincangan kami. Meskipun saya tahu Bowo di tempat biasa, tidak ada niat untuk mendatangi, melabrak, atau membuatnya tersudutkan. Rasanya sudah terlalu tua untuk bertingkah seperti itu. Saya hanya bengong dan menunggu kepastian, benarkah dia akan menyempatkan?

Sudah hampir pukul 10 malam, saya coba kembali menelpon Bowo. Tidak diangkat. Saya WhastApp (WA) dia.

"Gimana? Bisa?"

Lama baru dibalasnya.

"Gak bisa. Ini sudah mau ikut razia".

***

Beberapa hari di Samarinda, saya masih berupaya untuk bisa bertemu. Waktu saya di Samarinda hanya sampai hari Minggu, setelah itu saya kembali bekerja dari Balikpapan. Masih tak ada tanggapan dari Bowo untuk menemui. Harapan saya saat itu, kalaupun tidak bisa kembali bersama, dia bisa menjelaskan alasannya pergi. Lalu meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Saya selalu WA Bowo meski tak terbalas. Saya chat panjang lebar, berharap dia memahami saya. Masih tak habis pikir, sebab tak ada masalah apapun, tapi tiba-tiba dia mengakhiri.

Akhirnya, saya chat Bowo malam itu. Saya tuangkan pikiran saya dalam kata-kata pada chat itu.

"Jadi begini ya Bowo, aku jadi agak malu ni nguber-nguber jawaban. Alasan yang nyata kenap harus diakhiri. Aku nda pernah marah sebelum-sebelumnya, tp kali ini aku marah!

Kamu tau kan, yang bikin aku berat adalah doyan makan. Kali ini beratku tu nambah, karna beban hati yang belum hilang.

Di saat saling berjauhan, kamu mengakhiri dengan alasan yang nda bisa diterima dengan lapang dada. Nda ada masalah? Trus diakhiri karna nda ada masalah.

Wo, kamu itu pria dewasa, 26 tahun yang seharusnya bisa diajak berunding. Tapi alasanmu kayak anak SMP yang ngomong, "kita putus ya, aku mau fokus ujian". Hei, man! Is that joke?

Aku bisa sangat memahami kalau alasan itu kamu tuturkan baik-baik, jujur apa adanya.
Kalau pun jika, alasannya itu adalah kamu yg sebeneranya masih dihantui rasa bersalah dan belum move on dengan beliau. Kalau semisal, orangtuamu keberatan dengan hubungan kemaren, aku terima juga alasan itu.

Itu jadi satu keyakinan buatku akhirnya, bahwa diantara hubungan kita kemaren ada yang berdoa dengan khusyuk memintamu kembali.

Tapi berasumsi-asumsi aja rasanya nda lega brai. Makanya aku mau ketemu, supaya lega, supaya tidak terbebani. Puasaku dibebani sembilu brai, kagak enak.

Yang memberatkan lagi, karna ngingat gimana prosesnya kemaren-kemaren, ngalami semua insiden itu, trus ragu, diyakinin, akhirnya percaya, dipenuhi angan-angan, jadi sayang, nda ada masalah (ya nda tau kalau masalahnya di kamu), lalu dicampakan padahal aku sudah suntik campak, trus jauh lagi, lewat telpon aja lagi, dan tanpa harapan lagi.

Jangan lari brai, berulang ulang aja rasa bersalahmu nanti. Setidaknya kamu jadi pria dewasa yang bisa mempertanggungjawabkan keputusan.

Atau kamu yg belum siap kehilangan?
Oke, udah gitu aja sih".

Dan tetap saja, tidak ada balasan. Mungkin dia sudah bingung mau menanggapi seperti apa. Saya hanya bisa mendoakan dia menjadi pria yang lebih dewasa dan bijaksana.

***

Hari di mana saya harus kembali ke Balikpapan pun tiba. Belum ada jawaban dari Bowo yang membuat saya puas, tentang apa dan kenapa, yang menjadi pertimbangannya mengakhiri.

Menerornya melalui chat, menyindirnya melalui media sosial rasanya membuatku kekanak-kanakan. Di atas bus, yang membawaku ke Kota Minyak, saya putuskan untuk, berhenti berharap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROLOG

Bismillah... Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pertama-tama saya mengucapkan rasa syukur masih mengingat email dan password blog ini, sebab sudah lama sekali meninggalkan dunia blogger. Beberapa platform serupa blogger pun telah banyak bermunculan, seperti tumblr yang terakhir kali eksis meskipun diblokir beberapa bulan lalu. Kedua, sebenarnya saya malu membuka kembali blog ini. Tapi dengan berbagai pertimbangan yang telah disepakati dengan seorang kawan, saya rela membongkar lagi aib di masa lalu. Sedikit saya menceritakan, blog ini telah menemani saya sejak kelas 3 SMP. Saat itu masih tahun 2009. Di usia yang masih belia, memiliki blog seperti ini rasanya sudah tergolong jenius. Dari prosesnya membuat email , dan lihat saja alamat emailku begitu berkarakter, menunjukkan siapa idolaku dulu. Lalu membuat halaman web gratis ini masih di warnet. Copy-paste HTML untuk temanya. Kemudian mempercantik halaman dengan berbagai alat seperti jam, kalender, gliter, dan yang paling

Pikiran Kosong

Sering kali diam. Sering kali tak terlihat ingin belas kasih. Sering kali tenggelam sendiri dalam pikiran-pikiran bijak. "Aku mampu. Aku bisa," kata hati. Hidupku sulit. Hidupku rumit. Semoga kau menerima.

Doa Driver Go-Jek, Menuju Halal

"Menuju halal", dua kata favorit akhir-akhir ini. Mungkin juga menjadi harapan beberapa pasangan untuk segera menyempurnakan hubungan mereka dengan ikatan pernikahan. Postingan di blog ini pun beberapa hari terputus sebab angan menuju halal ini terjadi pada saya. Di sela-sela membaca sebuah buku yang ingin saya katamkan, seorang pria di seberang sana kerap menelepon. Membuat saya berpikir keras. Siapa dia? Nanti sajalah saya ceritakan. Saya hanya ingin bercerita sesuatu yang sedikit lebih santai. *** Seperti biasanya, setelah dua pekan di Rabu sore, saya kembali ke Samarinda. Hari Kamis saya libur kerja. Tepat tanggal 1 Agustus, jadwal saya pulang. Dari kost, saya memesan Go-Jek untuk mengantarkan saya menuju terminal. Seorang bapak dengan pakaian casual menunggangi motor Vixion datang menjemput. Menuju terminal Batu Ampar Balikpapan, di atas motor merahnya, bapak driver ojek online (ojol) ini sedikit banyak mengajak saya ngobrol. "Kuliah mbak?" tanyanya.

Hujan Belatung

Atap rumah bocor lalu air menetes saat hujan deras pasti sudah biasa. Tapi bagaimana jika yang menetes dari atap ke lantai adalah belatung? Peristiwa ini pernah saya alami saat masih menjadi anak kost di Samarinda. Saya ngekost bersama Jayanti, karena sama-sama dari Tarakan. Kami juga sudah bersahabat sejak lama. Dari SMP. Iya, geng CS2G. Hehehe Saya dan Jayanti teman sekamar. Kami ngekost di daerah Pramuka, dekat dengan kampus. Kost itu di bilangan Pramuka 17. Kost dua lantai yang punya banyak kenangan. Kami tinggal di kamar khusus untuk dua orang. Kamar itu baru dibangun dan beda dari yang lain. Awalnya ruangan yang akhirnya menjadi kamar itu adalah sebuah dapur. Karena menurut pemilik kost, dapurnya terlalu luas dan tidak banyak yang menggunakan. Alhasil, disulaplah ruangan itu menjadi sebuah kamar dengan dinding yang telah dihiasi keramik-keramik berwana biru. Jika ada yang pernah berkunjung kamar kost kami, pasti mengatakan seperti kamar mandi. *** Malam itu hujan turun. Ka

Satu Hari Yang Melelahkan

Sabtu, 12 September 2009 adalah hari dimana kegiatan terasa menyenangkan buat Q. Karena pada hari sebelumnya, Jum'at,11 September 2009 pengumuman penyaringan TIM Website diumumkan dan aQ akhirnya bisa lolos juga. Setelah apa yang aQ alami sebelumnya, di tes pertama aQ gagal, tapi kobar semangat Q tak membuatku menyerah ! aQ tetap berusaha dengan menjadi Maganger . (Ciaa,eLLahhh... Kata-katanya tuch bhe !! ^^) Jadi, untuk yang terpilih menjadi TIM Website yang di beri nama " We PiaRCy" (Website Programing Revolution Communuty) akan mengikuti piknik bukan sekedar piknik, tapi juga belajar ke Amal dan dilanjutkan dengan buka bersama di Lab.Komputer SMA N 1 Tarakan . Dengan membayar 20 ribu per orang (tidak membawa kendaraan) dan 15 ribu per orang (bawa kendaraan) sangat puas rasanya. Ditambah lagi berkumpul dengan orang-orang yang menurutQ super asik. Pukul 14.30 kami sudah bersiap di sekolah untuk pergi ke Amal. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, aQ yang dibo