Kabar kepindahan Cristiano Ronaldo (CR7) dari Real Madrid ke Juventus heboh sejak Rabu (11/7/2018) dini hari. Keputusan hengkangnya CR7 dikabarkan karena Madrid tidak menaikkan gajinya. Selain itu, CR7 memang ingin membuka lembar baru. Juventus adalah klub favorit sang megabintang. Pemain 33 tahun itu sudah bertarung di La Liga bersama Madrid sejak 2009 silam, setelah hengkang dari Manchester United.
Kepergian CR7 dari Los Blancos seolah membuka luka lama saya. Pasti sulit rasanya menerima kepergian seseorang yang dipuja-puja di klub sepak bola idola. Penggemar CR7 bisa jadi ada yang akan tiba-tiba menjadi suporter Juventus, hanya untuk terus men-suport pemilik nama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro itu.
***
Saya menjadi salah satu orang yang memuja-muja pria kelahiran Madeira, Portugal 5 Februari 1985 setelah bersinarnya bakal calon bintang itu di Piala Dunia Jerman 2006. Sejak menyaksikan pertunjukan CR7 saya selalu mencari tahu tentang dia. Di tabloid Bola, majalah, bahkan halaman sport di koran-koran. Saya ingat saat demam-demamnya Piala Dunia 2006, saya meng-kliping berbagai pemberitaan tentang CR7. Mulai dari kisahnya yang hidup sederhana di negara asalnya, hingga rentetan kekasihnya, karena ia playboy. Entah ada di mana koleksi saya itu, mungkin sudah mengurai dengan tanah.
Tahun 2006 saat Piala Dunia, saya baru saja lulus SD dan akan masuk SMP. Mengetahui CR7 membela klub bola asal Inggris yakni, Manchester United (MU), saya pun mendeklarasikan diri sebagai seorang Manchunian, penggermar MU. Saya mulai menghapalkan nama-nama klub Premier League (Liga Utama Inggris), nama-nama starter utama klub, pelatihnya, bagaimana pertandingan antar klub, liga-liga lain selain liga utama, pramusim hingga UCL (UEFA Champions League). Dan yang terpenting adalah mengetahui sedikit demi sedikit sejarah klub-klub besar di Liga Inggris untuk bahan saling ejek antar penggemar. Di masa SMP, di musim 2006 hingga 2009 satu-satunya musuh bebuyutan Setan Merah adalah Chelsea.
Kembali ke kisah CR7 yang kembali membuka luka lama. CR7 memulai debutnya di MU sejak tahun 2003, saat usianya masih 18 tahun. MU membelinya dari Sporting Lisbon, klub profesional pertamanya di Portugal. Saya pun menjadi penggemar garis keras CR7 sejak tahun 2006. Kamar saya dipenuhi poster-poster CR7, bahkan di depan pintu kamar ada stiker MU dan foto CR7 untuk menunjukkan kamar itu adalah kamar saya.
Di ulang tahun saya yang ke 14 tahun, teman-teman geng CS2G sampai-sampai membelikan poster CR7 berkostum timnas Portugal yang saat itu masih bernomor punggung 17. Poster itu sangat besar, kira-kira sepanjang 1 meter setengah. Terpampang gambar satu badan CR7 sedang menggocek bola. Kue ulang tahun saya yang ke 14 itu pun seolah-olah menggambarkan saya adalah penggemar MU sejati.
Sebuah boneka kecil seorang perempuan berambut keriting, berbaju merah dengan inisial A, menggambarkan sosok saya kala itu. Boneka itu membelakangi gawang yang kanan kirinya dihiasi bendera berlogo MU.
Tidak hanya pernak-pernik CR7 dan MU yang menjadi identitas saya. Kelas 2 SMP saat siswa-siswi diwajibkan membuat email, saya membuatnya dengan alamat ***.ronaldo@gmail.com. Hingga kini alamat email itu masih digunakan untuk akun Facebook saya.
Begitu mengagumi sosok CR7, 1 Juli 2009 adalah hari di mana saya begitu patah hati. Patah-sepatahnya. Saya menyaksikan pemberitaannya di tv, CR7 telah resmi bergabung dengan Real Madrid. Apalah arti MU tanpa CR7 untuk saya? Pada akhirnya, 2009-2010 adalah musim terakhir saya benar-benar mengikuti Liga Inggris, dan MU masih sebagai juara bertahannya.
Saya tidak benar-benar mencintai MU nampaknya. Saya hanya menggemari CR7 dan senang bisa mengetahui perkembangan sepak bolanya. Kepindahannya ke Real Madrid adalah pencapaian terbesarnya. Tidak lagi saya mengikuti sepak bola seperti dulu saat CR7 di MU. Selama 9 tahun membela klub asal Spanyol itu, CR7 sampai pada tujuannya untuk membuktikan diri menjadi pemain terbaik dunia. Empat kali trofi Ballon d'Or didapatkannya selama bermarkas di Santiago Bernabeu.
Hari ini, CR7 kembali membuka luka lama saya itu. Kembali tersayat karena harus mengakui kepindahannya ke klub asal Italia, Juventus. Meskipun usianya tak lagi muda seperti pertama kali saya mengidolakannya, selama dia masih bisa berkiprah di lapangan hijau, CR7 harus merasakan atmosfer permainan bola di berbagai negara. Sebab CR7 adalah RonalDo, bukan RonalDon't.
Tapi dari sini, saya pun mendeklarasikan diri tidak akan terjebak untuk menjadi Juventini (penggemar Juventus). Sebab seorang Juventini pernah benar-benar mematahkan hati saya. Tidak, saya tidak akan terjebak.
Komentar
Posting Komentar