Langsung ke konten utama

Tentang Aku, Bukan Kamu, Apalagi Kita (Part I)

Selamat malam...

Dengar-dengar, cuaca di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Diberitakan di beberapa daerah, angin lebih kencang di musim kemarau, dan saat malam suhu dingin ekstrem hingga 17 derajat celcius terjadi di Jawa Barat. Kalau di Kalimantan, tidak terasa. Tidak ada musim kemarau di sini, cuacanya berubah-ubah sesuka hati. Siang panas, malam hujan atau siang hujan, malam panas. Sama seperti diri ini. Senyum merekah di wajah, hati menangis, dan bisa berubah kapan saja.

Berhubung saya baru memulai kembali kisah saya di blog ini, ada baiknya kita berkenalan lebih dekat. "Lihat segalanya, lebih dekat. Dan kau bisa menilai, lebih bijaksana," seperti kutipan lagu Lihatlah Lebih Dekat yang dilantunkan Sherina Munaf sewaktu kecil di film Petualangan Sherina.

Saya akan memperlihatkan revolusi yang terjadi pada diri saya dari masa ke masa hingga saat ini. Postingan ini akan membongkar beberapa aib, tapi saya berniat untuk menghibur.

Oke, siap-siap! Saya memulai satu persatu...

1. Masih Bayi

Nah, ini saya sewaktu masih bayi. Bisa dilihat kan? Saya yang digendong dengan wanita berkerudung ungu.

Saya lahir di Tarakan (Kalimantan Utara), 23 Februari 1994. Dua wanita yang ada di dalam foto ini adalah tante saya. Eh, ternyata ada tiga, yang di belakang nyelip itu juga tante saya.

Tante saya yang menggendong saya kecil ini sudah memiliki tiga anak, sementara yang di sebelahnya (kerudung kuning) memiliki 2 orang anak. Saat itu, mereka masih sekolah setingkat SMA. Entah saat itu usia saya berapa bulan, tapi menggemaskan bukan?


2. Harry Potter

Waktu masih kecil suka bergaya. Apalagi saya anak perempuan dan anak pertama, mama saya suka macem-macemin dan mengabadikan perkembangan saya dengan sebuah tustel. Yang kalau motret harus pakai roll film, kemudian dicuci dulu. Jadi sewaktu bayi hingga anak-anak, terabadikanlah saya dalam album foto.

Saya bahkan tak ingat, sudah pernah memakai kacamata Harry Potter sebelum mengenal siapa itu Harry Potter. Saat kelas 3 SD (tahun 2003), baru saya tahu Harry Potter dari film pertamanya yang diadaptasi dari novel karangan J.K Rowling itu. Semasa SD, saya juga masih buta pengetahuan tentang Harry Potter. Dulu kusangka, sekolah sihir itu benar-benar ada, karena terlihat begitu nyata. Padahal jika kembali diamati film pertama Harry Potter, efeknya masih kasar. Apalagi dibagian saat Harry bertanding Quidditch untuk pertama kalinya. Jelas banget itu animasi.

Mengenal Harry Potter itu saat kelas 1 SMP (2006-2007), saat saya baru menyukai novel. Oleh tante saya yang menggendong saya di foto pertama, diberikanlah novel Harry Potter pertama, Harry Potter and The Sorcerers Stone (Harry Potter dan Batu Bertuah). Mulai dari situlah saya mencintai dunia sihir, kemudian mengumpulkan majalah Bobo edisi khusus Harry Potter setiap ada terbitan.

Kalau foto yang ini perlu sedikit diblur. Karena seperti yang sudah saya katakan, mama saya suka mengabadikan foto saya dengan gaya yang bermacam-macam. Yang ini hanya dengan celana dalam. 😒

Foto ini saat usia saya sudah 5 tahun, dan telah menginjakan kaki di Taman Kanak-kanak (TK).

Nah, kalau yang ini....
Harry Potter sesungguhnya. Daniel Radcliffe kecil, masih sangat menggemaskan.


3. Topi Gaul Sejuta Umat

Foto ini diambil saat kelulusan Sekolah Dasar. Perpisahan kami lakukan di Pantai Amal, Tarakan tahun 2006.

Saya alumni SD Negeri 003 Tarakan. Bisa tebak saya yang mana? Saya yang duduk di bawah, ketiga dari kanan atau kiri sama saja. Mengenakan baju kaus berwarna kuning, celana jeans selutut, dan topi gaul sejuta umat.

Entah bagaimana ceritanya, topi model seperti itu amat sangat digemari di masa itu. Topi berjenis Trucker (berjala di belakangnya) itu bertuliskan brand-brand seperti Billabong dan Roxy. Anak-anak yang sedang dalam masa peralihan menuju remaja, serta melek mode pasti punya topi sejenis di zamannya. Jadi, biarlah kusebut topi itu sebagai topi sejuta umat. Karema bisa dilihat sendiri, beberapa temanku memakainya













Foto yang satu ini diambil di sekolah setelah pulang dari Pantai Amal. Saya yang paling kanan dengan topi sejuta umat itu, pasti sudah bisa dikenali kan?













4. Geng-gengan Zaman SMP

Percayalah di masamu SMP, kamu memiliki geng. Begitu pula saya. Foto ini merupakan kolase saat SMP kelas 1 dan kelas 2. Foto paling atas beberapa teman sekelasku di kelas 7-1. Kelas 7-1? Jelas, saya anak kelas unggulan di SMP Negeri 2 Tarakan.

Foto ini hasil scan, sebab dulu masih diambil menggunakan kamera tustel. Entah di mana klise foto-foto ini.

Sudah bisakah menebak saya berada di mana pada gambar ini? Pada foto atas, saya yang duduk berdua sebelah kanan. Rambut keriting, dikuncir, poni awut-awutan.

Sementara di bawahnya, dua foto berbingkai itu saya dengan geng CS2G. Jika ada yang iseng scroll arsip saya sampai bawah, kalian akan mengetahui apa itu CS2G. Semoga tidak ada yang melakukannya.

Memiliki geng kala itu merupakan kewajiban tak tertulis, tak berdasar, dan tak ada niat, tapi pasti akan terbentuk. Di kelas 2 SMP, ada sekitar 5 geng dalam satu kelas saya. Gunanya geng saat itu sebagai teman bermain dan belajar. Saya rasa sampai sekarang pun masih berlaku. Sebab rasa nyaman dengan seseorang, tak bisa dihindari begitu saja. Syukurnya, kami masih bersahabat hingga saat ini.

Membingkai foto bersama geng dan mencetaknya, menjadi trend di tahun 2007 ke atas. Dan yang paling membanggakan ketika foto bersama, selalu ada saja kalimat, "We are best friends", "Together Forever". Masih punya?




















5. Pipi yang Dikembangkan

Tahun 2009, saya masuk SMA Negeri 1 Tarakan. Di kelas 10-C saya ditempatkan.

Tidak banyak yang spesial dengan foto ini, tapi di zaman itu gaya berfoto yang paling ikonik adalah gaya mengembangkan pipi dan bibir dimaju-majuin, sekarang dikenal dengan istilah duck face. Seperti teman saya yang paling kanan. Saya yang duduk paling depan dengan bando biru.

Entah apa yang menjadi spesial dengan pipi yang dibuat mengembang dan duck face? Apakah terlihat lebih menggemaskan?
















Kalau di foto ini, saya yang mengalungkan sweater ungu.



































Kalau mengembangkan pipi dan duck face terlihat menggemaskan, saya juga mencobanya.































Baik, sekian dulu cerita saya malam ini. Tidak ada yang lebih membahagiaan selain mengenang masa kecil hingga sekolah. Melihat foto-foto ini masih tersimpan rapi, rasa-rasanya cepat sekali waktu berlalu.

Kegiatan menulis seperti ini pun sudah harus dibagi dengan pekerjaan yang lebih prioritas.

Besok akan saya lanjutkan bercerita saat saya kelas 2 SMA. Saat itulah menulis menjadi bagian penting dalam hidup saya, hingga akhirnya kini berprofesi menjadi seorang wartawan meskipun bukan profesional. Bagaimana ceritanya, ditunggu saja jika masih berkenan mengunjungi.

Salam hangat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROLOG

Bismillah... Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pertama-tama saya mengucapkan rasa syukur masih mengingat email dan password blog ini, sebab sudah lama sekali meninggalkan dunia blogger. Beberapa platform serupa blogger pun telah banyak bermunculan, seperti tumblr yang terakhir kali eksis meskipun diblokir beberapa bulan lalu. Kedua, sebenarnya saya malu membuka kembali blog ini. Tapi dengan berbagai pertimbangan yang telah disepakati dengan seorang kawan, saya rela membongkar lagi aib di masa lalu. Sedikit saya menceritakan, blog ini telah menemani saya sejak kelas 3 SMP. Saat itu masih tahun 2009. Di usia yang masih belia, memiliki blog seperti ini rasanya sudah tergolong jenius. Dari prosesnya membuat email , dan lihat saja alamat emailku begitu berkarakter, menunjukkan siapa idolaku dulu. Lalu membuat halaman web gratis ini masih di warnet. Copy-paste HTML untuk temanya. Kemudian mempercantik halaman dengan berbagai alat seperti jam, kalender, gliter, dan yang paling...

Doa Driver Go-Jek, Menuju Halal

"Menuju halal", dua kata favorit akhir-akhir ini. Mungkin juga menjadi harapan beberapa pasangan untuk segera menyempurnakan hubungan mereka dengan ikatan pernikahan. Postingan di blog ini pun beberapa hari terputus sebab angan menuju halal ini terjadi pada saya. Di sela-sela membaca sebuah buku yang ingin saya katamkan, seorang pria di seberang sana kerap menelepon. Membuat saya berpikir keras. Siapa dia? Nanti sajalah saya ceritakan. Saya hanya ingin bercerita sesuatu yang sedikit lebih santai. *** Seperti biasanya, setelah dua pekan di Rabu sore, saya kembali ke Samarinda. Hari Kamis saya libur kerja. Tepat tanggal 1 Agustus, jadwal saya pulang. Dari kost, saya memesan Go-Jek untuk mengantarkan saya menuju terminal. Seorang bapak dengan pakaian casual menunggangi motor Vixion datang menjemput. Menuju terminal Batu Ampar Balikpapan, di atas motor merahnya, bapak driver ojek online (ojol) ini sedikit banyak mengajak saya ngobrol. "Kuliah mbak?" tanyanya. ...

Teleskop untuk Masa Depan

Tanggal 27 Juli 2018 sebuah fenomena langka terjadi. Fenomena planet Mars berada pada jarak terdekat dengan Bumi. Seperempat lebih dekat jika mengutip informasi yang beredar di portal-portal berita online. Menariknya lagi, fenomena langka ini mengiringi fenomena langka lainnya. Purnama sedang sempurna-sempurnanya, 28 Juli waktu dini hari, terjadi pula gerhana bulan total atau super blood moon . Saya selalu merasa takjub dengan fenomena langit, meski tidak melulu menyaksikan. *** Oposisi Mars mendekati Bumi bukan yang pertama kalinya. Fenomena ini sering terjadi beberapa tahun sekali. Pertama kali saya mendengar Mars dekat dengan bumi dan bisa disaksikan dengan mata telanjang pada saat saya masih SD. Tahun 2003 kalau tidak salah, karena saat itu saya masih tinggal di Simpang Tiga, dan baru pindah ke Pasir Putih tahun 2005. Saya juga sudah mencari berita-berita tentang fenomena ini di tahun-tahun sebelumnya. Sempat terjadi di tahun 2016, 2007, dan 2003. Tahun 2003 sepertinya lebih m...

Tentang Aku, Bukan Kamu, Apalagi Kita (Part II)

Seperti yang sudah saya janjikan di postingan sebelumnya. Saya akan membongkar kembali foto-foto saya di kelas 2 SMA hingga sekarang. Tapi kali ini lebih singkat saja. Karena ternyata saat saya memilih foto-foto lama, semuanya punya kenangan-kenangan unik. Mari kita berkenalan lebih dekat lagi... 1. Mulai Mencintai Profesi Wartawan Saat itu tahun 2010, 13 November 2010 lebih tepatnya. Saya menerima undangan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik pemula yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Kota (FWK) Tarakan. Saya masih kelas 2 SMA saat itu. Dari pengalaman inilah akhirnya saya bisa terlibat dalam kegiatan surat kabar harian lokal di Kota Tarakan. Radar Tarakan namanya. Sebenarnya, sejak awal masuk sekolah pun saya mengikuti ekstrakulikuler dengan bidang serupa. Saya menjadi anggota Tim Website. Tim ini bukan tim sembarangan, kami membuat dan mengurus website, dan menerbitkan berita terkait kegiatan sekolah. Jika di sekolahmu ada majalah sek...

Kata Siswa Tanpa Maha tentang Kesejahteraan

Assalamualaikum Wr.Wb. Akhirnya saya buka kembali akun saya yang sudah lama dimakan ngengat ini. Kasihan sekali. Ini berkaitan dengan kerinduan saya dengan dunia tulis menulis. Setelah kepensiunan saya dari Radar Tarakan sebagai Wartawan halaman anak muda, saya harus mati-matian belajar untuk menyambut Ujian Nasional, sebab saat ini saya sudah kelas XII. *Liat Kalender* Ternyata hanya beberapa hari lagi. Untuk mengawali kata demi kata yang akan saya uraikan, ijinkan saya untuk mencurahkan isi hati saya terlebih dahulu. Entah kenapa, beberapa hari ini, saya sangat bosan menonton acara Televisi di pagi hingga sore hari. Ironisnya, pada malam hari saya jadi sering menyaksikan SINETRON. Sungguh, hal ini disebabkan tingkat kejenuhan saya terhadap acara yang banyak menontonkan aksi Demonstrasi yang merujuk ke arah Anarkisme. Nah, itu tu, saya jadi suka naik darah sendiri melihat aksi MAHASISWA yang anarkis alias kurang kerjaan.So, lebih baik saya meringankan pikiran saya ini dengan menonton...