Cerita kali ini, mungkin hal paling gila yang pernah saya lakukan dalam sejarah percintaan sepasang kekasih dewasa masa kini. Putus cinta. Sebagian teman-teman saya akan menghina saya habis-habisan ketika saya ketahuan atau kelewat galau.
Seorang kawan terbaik saya mengomentari status saya di WhatsApp (WA), ketika saya baru saja diputusi Bowo lalu memposting lagu-lagu galau di story.
"Gak pantes!" katanya.
Oke, saya sangat mengerti kalau karakter seperti itu "bukan saya banget". Kalau pun saya melakukan hal-hal seperti orang galau kebanyakan, bisa jadi saya hanya bercanda atau berniat menyindir seseorang, tapi saya lebih suka tidak terlihat menyindir.
Lagi-lagi saya akan bercerita tentang Bowo. Jadi suatu ketika, saya mengunggah potongan lagu "Pernah Memiliki" yang dibawakan Rossa, d'Masiv, dan David NOAH. Lagu itu menggambarkan seseorang yang rindu dengan mantan kekasihnya, padahal dia sudah punya kekasih. Tapi dia anggap itu wajar, namanya juga "pernah memiliki". Kira-kira seperti itu.
Banyak yang mengira saya sedang galau, karena rindu dengan Michel, padahal saya sudah punya Bowo. Sebenarnya, potongan lagu dalam story saya itu adalah sindiran untuk Bowo. Tanggal 12 April 2018, saya sangat menyadari Bowo galau yang penyebabnya sama dengan lagu tersebut.
Kita abaikan dulu tentang galaunya Bowo. Ketika diputusi Bowo, saya memang jadi uring-uringan. Tapi saya jadi tahu, "oh, begini rasanya dikecewakan". Banyak membicarakan tentang Bowo lebih dari 2 minggu ke teman-teman saya, kami jadikan problematika percintaan saya itu sebagai bahan lelucon. Jadi setiap mengingat Bowo saya malah tertawa, bahkan sampai sekarang.
Saat diputusi, saya tidak bisa marah. Seperti di cerita-cerita sebelumnya, kami tak pernah lagi bertemu sejak peristiwa itu terjadi.
Untuk melampiaskan kekesalan saya itu, akhirnya saya menuliskan surat, memberikan buku catatan saya tentang Bowo, dan membelikan Bowo tiket konser Sheila On 7.
Saya menuliskannya surat untuk sekadar mengungkapkan perasaan saya saja. Sebenarnya saya amat sangat memahami posisi dia, tapi perasaan kecewa juga tidak bisa ditutupi begitu saja. Saya coba ungkapkan itu dengan menuangkannya dalam kata-kata, yang kalau saya baca ulang surat itu, geli juga rasanya. Hal itu saya lakukan karena, setiap saya mengeluhkan tentang perasaan saya lewat chat, tak pernah dibalas.
Saya berikan juga ia buku catatan harian saya tentang dia. Sejarah penulisan buku itu dimulai sejak insiden sindiran yang saya alami gara-gara caption foto di Instagram. Sindiran itu dilakukan oleh wanita yang dia sebut mantan kekasihnya, dan kita sebut saja wanita itu "My Mind". Entah apa yang terjadi dengan buku catatan itu sekarang. Saat memulai hubungan dengan Bowo, saya berniat membuat karya dari cerita di buku itu. Tapi buku itu mungkin sudah dibuangnya, sama seperti nasib penulisnya.
14 Juli 2018, Sheila On 7 akan mengadakan konser di Balikpapan. Bowo seorang SheilaGank (penggemar Sheila On 7). Saya pun membelikan Bowo tiket konser itu untuk 2 orang. Di amplop yang berisi kuitansi tiket, saya tuliskan keterangan, "Hadirlah bersama dia yang kamu perjuangkan. Sama seperti di film favoritmu".
Dan sepertinya tiket itu sudah Bowo gunakan dengan baik bersama "My Mind". Yang artinya, Bowo sedang kembali berjuang untuk "My Mind". Sejak tanggal 12 April 2018 itu, saya sebenarnya menunggu Bowo bercerita tentang kegalauannya terhadap "My Mind", sayangnya dia tidak pernah menceritakan. Saya pun hanya menerka-nerka hingga akhirnya diputusi. "My Mind" selalu menyindir hubungan masa lalu mereka, saya sangat paham Bowo tidak akan kuat dengan tindakan seperti itu. Saya bahkan heran, bagaimana ada seseorang yang begitu detail mengasihani diri sendiri di segala lini media sosial hingga semua orang pun mengasihani, termasuk saya. Tapi begitulah karakter, setiap orang punya karakter yang berbeda-beda. Bertindak seperti itu, mungkin dia lega. Sama sepeti saya, bertindak konyol dengan mengirimkan surat, buku catatan dan tiket Sheila On 7.
Saya sendiri tidak mengerti untuk apa saya melakukan hal itu. Saya pikir hanya bentuk kerelaan saja sih, supaya hati lega. Tak banyak yang bisa saya berikan dulu saat bersama Bowo. Saya mengingat banyak hal tentang kebaikan-kebaikan Bowo, setidaknya untuk terakhir kalinya saya bisa membalas. Dan perpisahan ini pun menjadi perpisahan yang bermartabat.
Saya kecewa, sangat kecewa. Ketika bertahun-tahun semenjak Michel pergi, saya tidak bisa lagi membuka hati. Lalu hadirlah Bowo yang membuat segalanya berubah. Dia membuat perasaan ragu menjadi yakin, membangun hubungan dengan janji-janji. Sayangnya omong kosong belaka. Tapi seperti prinsip saya, kecewa itu, sedihnya di awal saja, selebihnya bersyukur.
Berpisah dengan kekasihmu, atau pacarmu, atau tunanganmu, bukanlah perpisahan yang bisa membuatmu merasa teraniaya. Karena yang paling menyakitkan adalah perpisahan orangtua. Saya harap kalian tidak akan pernah merasakannya. Karena untuk perpisahan yang satu ini, kalian harus belajar tersenyum setiap hari.
Pura-pura tersenyum juga baik kok. Senyum ibadah yang paling sederhana kan? Bagaimana pun cara tersenyumnya, InsyaAllah akan ada energi positif untuk seseorang yang tersenyum. Semoga cerita ini bermanfaat.
Seorang kawan terbaik saya mengomentari status saya di WhatsApp (WA), ketika saya baru saja diputusi Bowo lalu memposting lagu-lagu galau di story.
"Gak pantes!" katanya.
Oke, saya sangat mengerti kalau karakter seperti itu "bukan saya banget". Kalau pun saya melakukan hal-hal seperti orang galau kebanyakan, bisa jadi saya hanya bercanda atau berniat menyindir seseorang, tapi saya lebih suka tidak terlihat menyindir.
***
Lagi-lagi saya akan bercerita tentang Bowo. Jadi suatu ketika, saya mengunggah potongan lagu "Pernah Memiliki" yang dibawakan Rossa, d'Masiv, dan David NOAH. Lagu itu menggambarkan seseorang yang rindu dengan mantan kekasihnya, padahal dia sudah punya kekasih. Tapi dia anggap itu wajar, namanya juga "pernah memiliki". Kira-kira seperti itu.
Banyak yang mengira saya sedang galau, karena rindu dengan Michel, padahal saya sudah punya Bowo. Sebenarnya, potongan lagu dalam story saya itu adalah sindiran untuk Bowo. Tanggal 12 April 2018, saya sangat menyadari Bowo galau yang penyebabnya sama dengan lagu tersebut.
Kita abaikan dulu tentang galaunya Bowo. Ketika diputusi Bowo, saya memang jadi uring-uringan. Tapi saya jadi tahu, "oh, begini rasanya dikecewakan". Banyak membicarakan tentang Bowo lebih dari 2 minggu ke teman-teman saya, kami jadikan problematika percintaan saya itu sebagai bahan lelucon. Jadi setiap mengingat Bowo saya malah tertawa, bahkan sampai sekarang.
Saat diputusi, saya tidak bisa marah. Seperti di cerita-cerita sebelumnya, kami tak pernah lagi bertemu sejak peristiwa itu terjadi.
***
Untuk melampiaskan kekesalan saya itu, akhirnya saya menuliskan surat, memberikan buku catatan saya tentang Bowo, dan membelikan Bowo tiket konser Sheila On 7.
Saya menuliskannya surat untuk sekadar mengungkapkan perasaan saya saja. Sebenarnya saya amat sangat memahami posisi dia, tapi perasaan kecewa juga tidak bisa ditutupi begitu saja. Saya coba ungkapkan itu dengan menuangkannya dalam kata-kata, yang kalau saya baca ulang surat itu, geli juga rasanya. Hal itu saya lakukan karena, setiap saya mengeluhkan tentang perasaan saya lewat chat, tak pernah dibalas.
Saya berikan juga ia buku catatan harian saya tentang dia. Sejarah penulisan buku itu dimulai sejak insiden sindiran yang saya alami gara-gara caption foto di Instagram. Sindiran itu dilakukan oleh wanita yang dia sebut mantan kekasihnya, dan kita sebut saja wanita itu "My Mind". Entah apa yang terjadi dengan buku catatan itu sekarang. Saat memulai hubungan dengan Bowo, saya berniat membuat karya dari cerita di buku itu. Tapi buku itu mungkin sudah dibuangnya, sama seperti nasib penulisnya.
14 Juli 2018, Sheila On 7 akan mengadakan konser di Balikpapan. Bowo seorang SheilaGank (penggemar Sheila On 7). Saya pun membelikan Bowo tiket konser itu untuk 2 orang. Di amplop yang berisi kuitansi tiket, saya tuliskan keterangan, "Hadirlah bersama dia yang kamu perjuangkan. Sama seperti di film favoritmu".
Dan sepertinya tiket itu sudah Bowo gunakan dengan baik bersama "My Mind". Yang artinya, Bowo sedang kembali berjuang untuk "My Mind". Sejak tanggal 12 April 2018 itu, saya sebenarnya menunggu Bowo bercerita tentang kegalauannya terhadap "My Mind", sayangnya dia tidak pernah menceritakan. Saya pun hanya menerka-nerka hingga akhirnya diputusi. "My Mind" selalu menyindir hubungan masa lalu mereka, saya sangat paham Bowo tidak akan kuat dengan tindakan seperti itu. Saya bahkan heran, bagaimana ada seseorang yang begitu detail mengasihani diri sendiri di segala lini media sosial hingga semua orang pun mengasihani, termasuk saya. Tapi begitulah karakter, setiap orang punya karakter yang berbeda-beda. Bertindak seperti itu, mungkin dia lega. Sama sepeti saya, bertindak konyol dengan mengirimkan surat, buku catatan dan tiket Sheila On 7.
Saya sendiri tidak mengerti untuk apa saya melakukan hal itu. Saya pikir hanya bentuk kerelaan saja sih, supaya hati lega. Tak banyak yang bisa saya berikan dulu saat bersama Bowo. Saya mengingat banyak hal tentang kebaikan-kebaikan Bowo, setidaknya untuk terakhir kalinya saya bisa membalas. Dan perpisahan ini pun menjadi perpisahan yang bermartabat.
***
Saya kecewa, sangat kecewa. Ketika bertahun-tahun semenjak Michel pergi, saya tidak bisa lagi membuka hati. Lalu hadirlah Bowo yang membuat segalanya berubah. Dia membuat perasaan ragu menjadi yakin, membangun hubungan dengan janji-janji. Sayangnya omong kosong belaka. Tapi seperti prinsip saya, kecewa itu, sedihnya di awal saja, selebihnya bersyukur.
Berpisah dengan kekasihmu, atau pacarmu, atau tunanganmu, bukanlah perpisahan yang bisa membuatmu merasa teraniaya. Karena yang paling menyakitkan adalah perpisahan orangtua. Saya harap kalian tidak akan pernah merasakannya. Karena untuk perpisahan yang satu ini, kalian harus belajar tersenyum setiap hari.
Pura-pura tersenyum juga baik kok. Senyum ibadah yang paling sederhana kan? Bagaimana pun cara tersenyumnya, InsyaAllah akan ada energi positif untuk seseorang yang tersenyum. Semoga cerita ini bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar